Kamis, 02 Agustus 2012

ASKEP ANEMIA

A.   Konsep medis
1     Pengertian
      Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
 Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Sumber yang lain mengatakan bahwa anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hemtokrit) per 100 ml darah. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.
Catatan : Kadar Hb normal menurut WHO : Umur 6 bulan - 6 tahun ≥ 11 gr %
Umur diatas 6 tahun ≥ 12 gr %

a)    Anatomi fisiologi
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan bikonkaf yang tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada bagian tengah tebalnya 1 m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intrasellular. Molekul-molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus heme, masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna.

b)   Etiologi
Etiologi umum dari anemia adalah :
a)    Perdarahan hebat
v  Akut (mendadak)
v   Kecelakaan
v   Pembedahan
v   Persalinan
v   Pecah pembuluh darah
v   Kronik (menahun)
v   Perdarahan hidung
v   Wasir (hemoroid)
v   Ulkus peptikum
v  Kanker atau polip di saluran pencernaan
v  Tumor ginjal atau kandung kemih
v  Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
b)    Berkurangnya pembentukan sel darah merah
v  Kekurangan zat besi
v   Kekurangan vitamin B12
v   Kekurangan asam folat
v   Kekurangan vitamin C
v   Penyakit kronik
c)    Meningkatnya penghancuran sel darah merah
v  Pembesaran limpa
v  Kerusakan mekanik pada sel darah merah
v  Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
v  Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
d)   Kegagalan dan kerusakan sumsum tulang
v  Anemia aplastik
v   Keganasan
v   Osteoporosis
v  Myelo fibrosis (penyakit ginjal kronis dan defisiensi vitamin D)

c)    Klasifikasi anemia menurut etiologinya adalah :
a)    Anemia Pasca Perdarahan (Post Hemorrhagic)
Terjadi akibat perdarahan yang masif (seperti kecelakaan, luka operasi, persalinan dan sebagainya)
b)     Anemia Hemolitik
Terjadi akibat penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan. Hal ini dibedakan menjadi dua faktor yaitu :
v  Faktor intrasel
Misal talassemia, hemoglobinopatia (talassemia HbE, sickle cell anemia), sferositos congenital, defisiensi enzim eritrosit (G-6PD, piruvat kinase, glutation reduktase).
v   Faktor ekstrase
Misal intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompabilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada transfusi darah).
c)    Anemia Defisiensi
Karena kekurangan faktor pematangan eritrosit (besi, asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin, eritropoetin, dan sebagainya).
d)     Anemia Aplastik
Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang.
Menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan pertimbangan morfologis dan etiologi.

Jenis anemia yang paling sering kita temui adalah Anemia Kekurangan Besi (AKB) yang disebabkan kurangnya zat besi untuk sintesis hemoglobin. Di Indonesia AKB masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori protein, vitamin A, dan yodium. Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi AKB pada anak balita sekitar 30-40% dan pada anak sekolah 20-35%. Menurut hasil SKRT 1992, prevalensi anemia pada anak usia sekolah 55,5% dan sebagian besar adalah AKB. AKB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi, serta penurunan kemampuan belajar, sehingga menurunkan prestasi belajar sekolah.
d)   Insiden
Prevalensi gen sel sabit yang tinggi terdapat di bagian tropik yang dapat mencapai hingga 40 % di daerah tertentu. Dikenal 3 jenis mutasi gen yaitu bantu, benin dan senegal yang diberi nama sesuai daerah asalnya. Prevalensi Hb S lebih rendah di dapat juga di daerah Mediteranian, Saudi Arabia dan beberapa bagian di India. Hemoglobin S adalah hemoglobin abnormal yang paling banyak didapat. Pembawa sifat diturunkan secara dominan. Insiden diantara orang Amerika berkulit hitam adalah sekitar 8 % sedangkan status homozigot yang diturunkan secara resesif berkisar antara 0,3 – 1,5 %. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal 535)
e)    Patofisiologi
Defeknya adalah satu substitusi asam amino pada rantia beta hemoglobin karena hemoglobin A normal mengandung dua rantai alfa dan dua rantai beta, maka terdapat dua gen untuk sintesa tiap rantai.
Trail sel sabit hanya mendapat satu gen normal, sehingga sel darah merah masih mampu mensintesa kedua rantai beta, jadi mereka mempunyai hemoglobin A dan S sehingga mereka tidak menderita anemia dan tampak sehat.
Apabila dua orang dengan trait sel sabit sama menikah, beberapa anaknya s bila adabakan membawa dua gen abnormal dan mempunyai rantai  hemoglobin S, maka anak akan menderita anemia sel sabit. (Smeltzer C Suzanne, 2002, hal : 943 – 944).
f)     Manifestasi klinik
v  Sistem jantung : nafas pendek, dispnea sewaktu kerja berat, gelisah
v  Sistem pernafasan : nyeri dada, batuk, sesak nafas, demam, gelisah
v  Sistem saraf pusat : pusing, kejang, sakit kepala, gangguan BAK dan BAB
v  Sistem genitourinaria : nyeri pinggang, hematuria
v  Sistem gastrointestinal : nyeri perut, hepatomegali, demam
v  Sistem okular : nyeri, perubahan penglihatan, buta
v  Sistem skeletal : nyeri, mobilitas berkurang, nyeri dan bengkak pada lengan dan kaki.
g)   Tes diagnostic
a.    Pemeriksaan darah lengkap : retikulosit (jumlah darah bervariasi dari 30% – 50%), leukositos (khususnya pada krisis vaso-oklusit) penurunan Hb/Ht dan total SDM.
b.    Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau lengkap, sel bentuk bulan sabit.
c.    Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan adanya hemoglobin S, tetapi tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat yang diwariskan (trait)
d.    Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin abnormal dan membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait.
e.    LED : meningkat
f.     GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2
g.    Bilirubin serum : meningkat
h.    LDH : meningkat
i.      IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal
j.      Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
k.    Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang
(Doenges E.M, 2002, hal : 585).
h)   Prognosis / penatalaksanaan
Sekitar 60 % pasien anemia sel sabit mendapat serangan nyeri yang berat hampir terus-menerus dan terjadinya anemia sel sabit selain dapat disebabkan karena infeksi dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor misalnya perubahan suhu yang ekstrim, stress fisis atau emosional lebih sering serangan ini terjadi secara mendadak.
Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi terhadap pneumonia yang disebabkan pneumokokus. Tiap infeksi harus diobati dengan antibiotik yang sesuai. Transfusi sel darah merah hanya diberikan bila terjadi anemia berat atau krisis aplastik
Pada kehamilan usahakan agar Hb berkisar sekitar 10 – 12 g/dl pada trimester ketiga. Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12 – 14 g/dl sebelum operasi. Penyuluhan sebelum memilih teman hidup adalah penting untuk mencegah keturunan yang homozigot dan mengurangi kemungkinan heterozigot. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 534)
i)     Komplikasi
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak menurun.
Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif. Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine. Kasus-kasus Hb S trait juga dapat mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 536).
j)     Pengobatan
Sampai saat ini belum diketahui ada pengobatan yang dapat memperbaiki pembentukan sabit, karena itu pengobatan secara primer ditujukan untuk pencegahan dan penunjang. Karena infeksi tampaknya mencetuskan krisis sel sabit, pengobatan ditekankan pada pencegahan infeksi, deteksi dini dan pengobatan segera setiap ada infeksi pengobatan akan mencakup pemberian antibiotik dan hidrasi dengan cepat dan dengan dosis yang besar. Pemberian oksigen hanya dilakukan bila penderita mengalami hipoksia. Nyeri hebat yang terjadi secara sendiri maupun sekunder terhadap adanya infeksi dapat mengenai setiap bagian tubuh. Tranfusi hanya diperlukan selama terjadi krisis aplastik atau hemolitis. Transfusi juga diperlukan selama kehamilan.
Penderita seringkali cacat karena adanya nyeri berulang yang kronik karena adanya kejadian-kejadian oklusi pada pembuluh darah. Pada kelompok penderita terdapat insiden yang tinggi terhadap ketergantungan obat, terdapat juga insiden yang tinggi atas sulitnya mengikuti sekolah dan melakukan pekerjaan. (Price A Sylvia, 1995, hal : 239)
B.   Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah dan memulihkan kesehatan melalui 4 tahap yang terdiri dari pengkajian, perencanam pelaksanaan, dan evaluasi.
Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistematis yang diterapkan dalam melaksanakan fungsi keperawatan, pendekatan yang dimiliki, karakteristik, sistematis, bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah.
1.    Pengkkajian
a)    Pengkajian data
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan, diperlukan pengkajian yang cermat untuk masalah klien agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Informasi akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan. Sebagai sumber informasi dapat digunkan yaitu pasien, keluarga, anak, saudara, teman, petugas kesehatan atau sumber data sekunder. Metode pengumpulan data meliputi : pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, rumusan diagnosa keperawatan.
Data yang perlu dikumpulkan pada klien dengan anemia adalah sebagai berikut
b)   Pengumpulan data
v  Identifikasi klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku / bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
v  Identitas penanggung
v  Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu
Keluhan utama : pada keluhan utama akan nampak semua apa yang dirasakan klien pada saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat.
v  Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan informasi kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah diderita,
v  Pemerisaan fisik
§  Aktivitas / istirahat
Gejala : Keletihan / kelemahan terus-menerus sepanjang hari.
Kebutuhan tidur lebih besar dan istirahat.
Tanda : Gangguan gaya berjalan
§  Sirkulasi
          Gejala : Palpitasi atau nyeri.
Tanda : Tekanan darah menurun, nadi lemah, pernafasan lambat, warna kulit pucat atai sianosis, konjungtiva pucat.
§  Eliminasi
Gejala : Sering berkemih, nokturia (berkemih malam hari.
§  Integritas ego
Gejala : Kuatir, takut.
Tanda : Ansietas, gelisah.
§  Makanan / cairan
Gejala : Nafsu makan menurun.
Tanda : Penurunan berat badan, turgor kulit buruk dengan bekas gigitan, tampak kulit dan membran mukosa kering.
§  Hygiene
Gejala : Keletihan / kelemahan
            Tanda : Penampilan tidak rapi.
§  Neurosensori
Gejala : Sakit kepala / pusing, gangguan penglihatan
Tanda : Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot.
§  Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri pada punggung, sakit kepala.
Tanda : Penurunan rentang gerak, gelisah.
§  Pernafasan
Gejala : Dispnea saat bekerja.
Tanda : Mengi
§  Keamanan
Gejala : Riwayat transfusi.
Tanda : Demam ringan, gangguan penglihatan.
§  Seksualitas
Gejala : Kehilangan libido.
(Doenges, E, Marilynn, 2000, hal : 582 – 585).
c)    Pemeriksaan Penunjang
v  Jumlah darah lengkap (JDL) : leukosit dan trombosit menurun.
v  Retikulosit : jumlah dapat bervariasi dari 30 % – 50 %.
v  Pewarnaan SDM : menunjukkan sebagian sabit atau lengkap.
v  LED : meningkat
v  Eritrosit : menurun
v  GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2
v  Billirubin serum : meningkat
v  LDH : meningkat
v  TIBC : normal sampai menurun
v  IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal
v  Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
v  Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang.
d)   Klasifikasi data
è Data subjektif
ü  Keletihan / kelemahan.
ü  Nokturi.
ü  Nafsu makan menurun.
ü  Nyeri pada punggung.
ü  Sakit kepala.
ü  Berat badan menurun.
ü  Gangguan penglihatan.
è Data objektif
ü  Konjungtiva pucat.
ü  Gelisah.
ü  Warna kulit pucat.
ü  Gangguan gaya berjalan.
ü  Tekanan darah menurun.
ü  Demam ringan.
ü  Eritrosit menurun.
ü  Bilirubin serumen : meningkat.
ü  JDL : leukosit dan trombosit menurun.
ü  LDH meningkat.
(Doenges E. Mariylnn, 2000, hal : 582 – 585).
2.    Diagnosa keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien anemia sel sabit baik aktual maupun potensial adalah sebagai berikut :

1.    Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (Hb menurun).
2.    Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi / gangguan pada sum-sum tulang.
3.    Aktifitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot.
4.    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan porsi makan tidak dihabiskan.
5.    Integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke jaringan.
6.    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
7.    Kecemasan / kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.
3.    Rencana keperawatan
1)    Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (HB rendah)
ü  Tujuan : Tidak merasakan nyeri,
Ø  Tindakan keperawatan
a.    Kaji tingkat nyeri
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri dapat mempermudah dalam menentukan intervensi selanjutnya.
b.    Rasional : Membantu klien dalam menaikkan tekanan darah dan proses penyembuhan.
c.    Anjurkan klien teknik nafas dalam
Rasional : Dengan menarik nafas dalam memungkinkan sirkulasi O2 ke jaringan terpenuhi.
d.    Bantu klien dalam posisi yang nyaman
Rasional : Mengurangi ketegangan sehingga nyeri berkurang.
e.    Kolaborasi pemberian penambah darah
Rasional : Membantu klien dalam menaikkan tekanan darah dan proses penyembuhan.
2)    Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi / gangguan sumsum tulang.
ü  Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
Ø  Tindakan keperawatan :
a.    Ukur tanda-tanda vital :
Rasional : Untuk mengetahui derajat / adekuatnya perfusi jaringan dan menentukan intevensi selanjutnya.
b.    Tinggikan kepala tempat tidur klien
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler
c.    Pertahankan suatu lingkungan yang nyaman.
Rasional : Vasekonstriksi menurunkan sirkulasi perifer dan menghindari panas berlebihan penyebab vasodilatasi.
d.    Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila terjadi kelemahan.
Rasional : Stres kardiopulmonal dapat menyebabkan kompensasi.
3)    Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot
ü  Tujuan : aktifitas toleransi, dengan kriteria : klien bisa melakukan aktivitas sendiri.
Ø  Tindakan keperawatan
a.    Kaji tingkat aktifitas klien
Rasional : Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan klien dan untuk menetukan intervensi selanjutnya.
b.    Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
Rasional : Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
c.    Bantu pasien dalam melakukan latihan aktif dan pasif
Rasional : Untuk meningkatkan sirkulasi jaringan
d.    Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya
Rasional : Dengan bantuan perawat dan keluarga klien dapat memenuhi kebutuhannya.
e.    Berikan lingkungan tenang
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan regangan jantung dan paru..
4)    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan porsi makan tidak dihabiskan.
ü  Tujuan : Nutrisi terpenuhi dengan kriteria : nafsu makan meningkat, porsi makan dihabiskan.
Ø  Tindakan keperawatan :
a.    Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi efisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
b.    Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering dan bervariasI
Rasional : Pemasukan makanan atau menambah kekuatan dan diberikan sedikit-sedikit agar pasien tidak merasa bosan.
c.    Beri HE tentang pentingnya makanan atau gizi
Rasional : Makanan yang bergizi dapat mempercepat penyembuhan penyakitnya..
d.    Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan BB atau efektivitas intervensi nutrisi.
e.    Penatalaksanaan pemberian vitamin B1.
Rasional : Vitamin bisa menambah nafsu makan.
f.     Konsul pada ahli gizi
Rasional : Membantu dalam membuat rencana diit untuk memenuhi kebutuhan individu.
5)    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke jaringan
ü  Tujuan : Mempertahankan integritas kulit dengan kriteria : kulit segar, sirkulasi darah lancar
Ø  Tindakan keperawatan .
a.    Kaji integritas kulit, catat pada perubahan turgor, gangguan warna
Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilitas
b.    Anjurkan permukaan kulit kering dan bersih
Rasional : Area lembab, terkontamiansi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik
c.    Ubah posisi secara periodik
Rasional : Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit membatasi iskemia jaringan / mempengaruhi hipoksia selular.
d.    Tinggikan ekstremitas bawah bila duduk
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena menurunkan statis vena / pembentukan edema.
6)    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
ü  Tujuan : Mencegah / menurunkan resiko infeksi
Ø  Tindakan keperawatan
a.    Berikan perawatan kulit
Rasional : Menurunkan resiko kerusakan kulit / jaringan dan infeksi
b.    Dorong perubahan posisi / ambulasi yang sering
Rasional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi sekresi
c.    Tingkatkan masukan cairan adekuat
Rasional : Membantu dalam mengencerkan sekret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh
d.    Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia.
Rasional : Adanya proses inflamasi / infeksi membutuhkan evaluasi /  pengobatan.
7)    Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya
ü  Tujuan : Memahami tentang penyakitnya, mau menerima keadaan penyakitnya, klien tidak bertanya tentang penyakitnya
Ø  Tindakan keperawatan
a.    Berikan informasi tentang penyakitnya
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat, menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi
b.    Kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Rasional : Memberi pengetahuan berdasarkan pola kemampuan klien untuk memilih informasi
c.    Dorong mengkonsumsi sedikitnya 4 – 6 liter cairan perhari
Rasional : Mencegah dehidrasi dan konsekuensi hiperviskositas yang dapat membuat sabit / krisis.
d.    Dorong latihan rentang gerak dan aktivitas fisik teratur dengan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Rasional : Mencegah demineralisasi tulang dan dapat menurunkan resiko fraktur.
4.    Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan ketentuan dari rumah sakit. Sebelum pelaksanaan terlebih dahulu harus mengecek kembali data yang ada, karena kemungkinan ada perubahan data bila terjadi demikian kemungkinan rencana harus direvisi sesuai kebutuhan pasien.

5.    Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran dari keberhasilan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses perawatan.
Hasil evaluasi yang diharapkan / kriteria : evaluasi pada klien dengan anemia sel sabit adalah sebagai berikut :
Mengatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan individu dengan kriteria :
a)    Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
b)    Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan dengan kriteria
c)    Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala peyebab.
d)    Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.
Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi dengan kriteria :
e)    Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan.
f)     Menyukai diri sebagai orang yang berguna.
Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria :
g)    Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran seimbang.
Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan berat badan yang sesuai dengan kriteria :
h)   Menunjukkan peningkatan berat badan, mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal.


PENUTUP
Kesimpulan
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999).
Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang dapat di sebabkan oleh hilangnya darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel darah merah. (Guyton,1997).
Macam-macam atau klasifikasi dari anemi berdasarkan etiolognya yaitu: anemia pasca pendarahan (kehilangan darah mendadak, kehilangan darah menahun), anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik (defisiensi asam folat dan B12), anemia hemolitik dan anemia aplastik
Kebanyakan anemia pada anak adalah anemia kekurangan zat besi atau iron defisiensi anemia.
Penyebab umumnya adalah pola makan yang salah atau kurang tepat. Anemia lainnya adalah anemia karena pendarahan anemia karena pabriknya mengalami gangguan (sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel darah dengan baik dan penyebabnya macam-macam).





DAFTAR PUSTAKA
Ø  Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan,EGC, Jakarta.
Ø  Nursalam, Rekawati, Sri Utami, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Medika, 2005
Ø  Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005
Ø  Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Medika, 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar